Senin, 10 Oktober 2011

Kanker Serviks, Pembunuh Kedua Setelah Kanker Payudara

JAKARTA- Kanker serviks masih menjadi penyakit pembunuh perempuan nomor dua di Indonesia, setelah kanker payudara. Setiap jam, seorang perempuan Indonesia meninggal karena penyakit yang juga disebut kanker leher rahim tersebut. Menyikapi kenyataan tersebut, pemerintah pun memberikan perhatian atas jumlah penderita kanker serviks yang terus meningkat. Namun, biaya program deteksi dini kanker serviks, belum dijamin pemerintah.

"Sejak tahun 2007, Kemenkes telah mengembangkan program deteksi dini kanker serviks dan payudara di 14 provinsi yang mencakup 63 kabupaten/kota. Tahun 2010, kita sudah mencakup 68 kabupaten/kota pada 14 provinsi di 152 puskesmas,"jelas Menkes Endang Sedyaningsih ditemui di Gedung Pusat Pertamina, kemarin (6/10).

Endang Rahayu Sedyaningsih menuturkan, program deteksi dini telah dimasukkan ke dalam Rencana Strategis Kemenkes 2010-2014. Pemerintah pun menargetkan, pada 2014 pencegahan dan penanggulangan kanker serviks dapat menjangkau hampir seluruh propinsi. "Pada 2014 diharapkan 25 persen kabupaten/kota, berarti sekitar 120 kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks dengan sasaran 80 persen wanita usia subur berumur 30-50 tahun,"jelasnya.

Namun, Endang melanjutkan, program deteksi dini tersebut belum dibiayai oleh pemerintah. Namun, jika penyakit kanker serviks telah terdeteksi, biaya pengobatan pasien ditanggung pemerintah melalui fasilitas jaminan kesehatan. "Belum ditanggung pemerintah, kecuali provinsi dan kabupaten yang punya kebijakan sendiri. Tapi kalau pusat belum. Tapi kalau orang sakit kanker, ditanggung sepanjang dia termasuk dalam program jamkesmas atau jamkesda,"tegasnya.

Untuk itu, kata dia, pemerintah sangat mendukung dan mengapresiasi pihak-pihak yang ikut mendukung program pencegahan kanker serviks, seperti PT Pertamina, Fakultas Kedokteran UI dan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Kemarin, telah ditandatangani naskah perjanjian pemberian bantuan dana untuk program kanker serviks antara PT Pertamina dan FKUI.

Lewat penandatanganan tersebut, PT Pertamina mengucurkan dana senilai Rp 3,5 miliar. Menurut Direktur SDM Pertamina Rukmi Hadihartini, dana tersebut akan diberdayakan untuk membantu menurunkan angka kematian akibat kanker serviks. Diantaranya dengan memberikan pelatihan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) terhadap 300 dokter umum dan dokter kandungan, dan 375 bidan dan perawat terlatih. "Juga untuk pelatihan 1100 penyuluh, sosialisasi kanker serviks kepada 60 ribu orang dan pemberian skrining kanker serviks gratis bagi 15 ribu perempuan,"jelasnya.

Selain itu, dalam kesempatan tersebut, ditandatangani pula kesepakatan bersama kerjasama program Bina Lingkungan dalan peningkatan kesejahteraan masyarakat antara PT Pertamina dan SIKIB. Acara penandatangan itu dihadiri Ibu Negara Ani Yudhoyono, Istri Wakil Presiden Herawati Budiono, Ketua II SIKIB Ratna Djoko Suyanto, dan Dekan FKUI Dr.dr. Ratna Sitompul, SpM (K).

Istri Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono itu sempat menyampaikan himbauannya bagi seluruh perempuan Indonesia. Lewat pidatonya, Ani mengajak para perempuan Indonesia untuk melakukan deteksi dini serta merubah gaya hidup. "Mari kita semua berubah. Dalam arti berubah gaya hidup yang lebih sehat untuk memperkecil kemungkinan terkena penyakit tersebut. Di samping itu, jangan menunda-nunda ayo sekarang lakukan deteksi dini. Lebih baik mencegah daripada mengobati,"jelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkah tinggalkan komentar