Senin, 24 Oktober 2011

Idealnya Wanita Dewasa Jalani Pemeriksaan Kanker Serviks

Surabaya - Bagi wanita yang sudah menikah ataupun belum menikah namun pernah melakukan hubungan seksual, diminta menjalani pemeriksaan pap smear. Pasalnya pap smear merupakan standar pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

"Idealnya untuk pencegahan kanker serviks, seorang wanita menjalani pap smear dan tes HPV sekaligus," kata ahli kandungan dan kebidanan RSU dr Soetomo Surabaya, dr Brahmana Askandar SpOG K-Onk, Minggu (13/12/2009).

Brahmana mengaku pap smear dan tes HPV sama-sama mendeteksi kanker serviks. Namun perbedaannya, untuk tes HPV mendeteksi virus HPV dalam serviks, sedangkan pap smear mendeteksi sel-sel abnormal dalam serviks. 

"Namun bila harus memilih salah satu, lebih baik menjalani pap smear," terangnya.

Dia menjelaskan, pemeriksaan pap smear ada yang menggunakan cara konvensional. Namun memiliki beberapa kelemahan yakni lendir yang diambil dengan cyto brush (sikat kecil), tak semua menempel di kaca, tempat sample laboratorium. Akibatnya ada beberapa sel penting pada lendir serviks yang tak terdeteksi dan terbuang percuma.

Sedangkan pemeriksaan pap smear modern menggunakan metode liquid based. Teknik ini tak ada lendir serviks yang terbuang. Sebab lendir serviks yang diambil dengan cyto brush dimasukkan dalam cairan khusus.

Dijelaskan Brahmana, meski pasien dinyatakan sembuh dari kanker serviks, namun perlu menjalani pap smear tiap tiga bulan, hingga tahun kedua masa operasi. Setelah itu, pemeriksaan pap smear enam bulan sekali hingga tahun kelima. Tak hanya pemeriksaan klinis, tapi juga laboratorium. "Tujuannya, mengetahui apakah ada tumor marker yang masih hidup," paparnya.

Bila masih stadium dini yakni I A- II A, terapinya berupa pembedahan, radiasi. Sementara bila masuk stadium lanjut, maka terapinya lebih kompleks. Bila perlu rahim perlu diangkat jika pasien sudah memiliki anak.

Usai Operasi Kanker Serviks, Benda Mirip Kasa Keluar Dari Perut



Surabaya - Entah penjelasan apa yang bisa diberikan untuk menceritakan keadaan yang dialami Marjuniati (31). Wanita asal Dusun Sidodadi Desa Karetan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, ini menderita kanker serviks (kanker mulut rahim).

Bukannya malah sembuh, keadaan Marjuniati justru semakin parah setelah melakukan operasi kolostomi di Rumah Sakit Surabaya Medical Service (SMS) Jalan Kapuas Surabaya.

Operasi kolostomi merupakan proses pembuatan lubang buatan saluran pencernaan untuk membuang kotoran. Operasi ini dilakukan setelah Marjuniati mengalami infekasi jahitan usai melakukan operasi pengangkatan kanker awal Januari 2011 lalu.

Saluran yang dibuat pada perut bagian kiri Marjuniati ini dimaksudkan untuk membantu proses pembuangan perncernaan. Tapi, setelah operasi dilakukan pada Rabu (27/7/2011), istri Sigit Wahyudi ini mengalami mual dan tak enak makan.

Penderitaan Marjuniati ini berujung pada muculnya semacam kain kasa dari lubang tempatnya membuang kotoran.

"Dikira istri saya, itu kotoran. Tapi saat dipegang kok keras, dicabut sakit. Bahannya seperti kain kasa," kata Sigit Wahyudi (42) saat mengantar istrinya meminta pertanggungjawaban dan perawatan dari RS SMS di Jalan Kapuas, Rabu (14/9/2011).

Pasca operasi, Sigit mengingat bahwa dirinya memang harus membawa kembali istrinya untuk kontrol pada bulan Oktober nanti. Sebab tim medis menjelaskan bahwa pasca operasi, istrinya mesti mendapat perawatan yang cukup serta kontrol kesehatan. Namun belum pula menginjak bulan Oktober, saluran pembuangan Marjuniati menampakkan keganjilan.

Sejak Senin (12/9/2011) lalu bertolak dari Banyuwangi ke Surabaya, Sigit merasa sangat kecewa. Pasalnya, pihak RS SMS dirasa belum ada yang serius mau mendengarkan keresahannya.

Bahkan, saat mencoba untuk bertanya ke beberapa dokter spesialis di RS SMS, Sigit hanya mendapat jawaban bahwa masih banyak operasi lainnya. Saat ditelpon, terang Sigit, dr Marjono yang mengoperasi istrinya mengatakan tidak ada alat semacam kain kasa yang disertakan dalam saluran pembuangan.

Namun, saat ditemui di RS SMS beberapa waktu lalu, Sigit mendapat jawaban yang mencengangkan bahwa benda mirip kain kasa tersebut merupakan salah satu prosedur operasi kolostomi yang dipasang di perut kiri istrinya.

"Sampai sekarang, kalau ditelpon, mereka (pihak RS SMS) bilang tunggu saja, masih ada banyak operasi," terang Sigit.

Kini, Sigit yang ditemani seorang pengacara sedang membuat laporan dugaan malpraktek kepada Polda Jatim. Peristiwa ini membuat Sigit kurang puas dan dikecewakan pihak RS SMS. Lebih dari Rp 60 juta biaya operasi kanker serviks dan operasi kolostomi, namun kondisi istrinya tak kunjung membaik.

"Nah ditambah kalau nanti istri saya dioperasi lagi, biaya lagi," ungkapnya kesal.

Sementara pihak RS SMS yang berusaha dikonfirmasi kompak tutup mulut. Bahkan Humas RS SMS juga menolak berkomentar. "Nanti saja menunggu Dirut RS SMS," kata seorang wanita yang enggan menyebut nama

Pelan-pelan semakin terungkap siapa selingkuhan Sophia Latjuba. Pria itu adalah Szymon Wojcik, seorang instruktur yoga dan Sophie menjadi salah satu anggotanya.

Sekitar seminggu lalu, Dewa Budjana, gitaris band GIGI mengunggah sebuah foto yang memperlihatkan ia bersama Sophie dan seorang pria bule dengan rambut diikat. Dalam foto itu Sophie merangkul Szymon.

Dari informasi yang diperoleh, Szymon adalah instruktur yoga yang tergabung dalam studio The Green Yoga di Manhattan Beach, California, Amerika Serikat. Szymon merupakan satu dari 21 instruktur yoga dalam tim studio tersebut. Sophie diketahui sudah cukup lama menjadi anggotanya.

Seperti diketahui, Budjana saat ini tengah menggarap album solo, dan Sophie menjadi salah satu bintang tamu dalam album tersebut. Kehadiran Szymon dalam rekaman Budjana dan Sophie semaking menguatkan siapa selingkuhan Sophie.