Sabtu, 08 Oktober 2011

Hubungan intim tak selalu menyenangkan

EDISI PENDEK
Kehidupan seksual bak tertutup awan kelabu ketika hubungan intim tak seperti harapan. Bayangan kenikmatan sarat ungkapan kasih, pupus sudah manakala keindahan berubah hampa, gairahpun memudar. Tak heran, pernik hubungan intim di balik kelambu bagai menguak sebuah misteri.
Tulisan ini dilandasi dengan kenyataan adanya keluhan beberapa wanita, terkait ketidak nyamanan hubungan intim dengan pasangannya.

P r o l o g
Ketika mendengar “ hubungan intim “, pada umumnya terbayang sebuah episode sarat cinta, kasih sayang, belaian, ungkapan mesra dan kepuasan lahir batin.
Siapa sangka, sebuah penelitian The Journal of the American Medical Association menunjukkan bahwa 50% wanita tidak mendapatkan kenikmatan dalam hubungan intim. Mereka merasa tidak nyaman bahkan mengalami keterpaksaan. Harapan mendapatkan kebahagian sexual sirna, pupus sudah bayang-bayang kepuasan. Sebagian diantaranya menuai rasa nyeri tak terperi.
Mestinya, para wanita merasakan kepuasan batin yang berbuah meningkatnya gairah dalam aktifitas kesehariannya, ketika mereka dapat menikmati hubungan intim yang sehat. Apa hendak dikata, asa nan membumbung berakhir mengecewakan. Bagi para wanita yang mempunyai masalah seksual, hubungan intim bukan lagi dambaan. Sebaliknya, hubungan intim justru menjadi momok menakutkan.
Kalaupun mereka melakukannya, tak lebih sebagai kewajiban. Atau lebih parah, sebagai simbol kepatuhan belaka. Bak sebuah misteri, mengapa bisa terjadi ?
Keluhan Tak Nyaman Hubungan Intim
Berikut ini adalah bermacam-macam ketidaknyamanan dalam hubungan intim:
  1. Sexual Aversion Disorder. Hubungan intim tidak lagi menyenangkan. Sexual aversion disorder, membuat wanita tidak suka melakukan hubungan intim. Masalah ini timbul akibat trauma masa lalu, kekerasan seksual atau kekerasan fisik yang lama, sehingga keinginan berhubungan intim sirna. Kendati tidak mudah, memulai dari awal aktifitas hubungan intim akan membantu mengurangi sedikit demi sedikit masalah sexual aversion disorder.
  2. Sexual Arousal Disorder. Dalam keadaan normal, vagina mengeluarkan cairan (lubrikasi) saat menerima rangsangan seksual. Pada gangguan jenis ini, lubrikasi tidak berjalan semestinya. Artinya, upaya membangkitkan gairah seksual tidak diikuti dengan keluarnya cairan pelicin dari vagina, akibatnya saat penetrasi terasa perih. Gangguan ini disebabkan oleh masalah fisik (gangguan hormonal) dan masalah psikis (trauma, stres, kekecewaan). Bisa pula karena foreplay yang kurang memadai. Disamping itu, beban atau keinginan segera hamil dan punya anak, kadang tanpa disadari mengabaikan proses hubungan intim. Perasaan “wajib” hamil, memaksa dirinya berhubungan intim tanpa disertai libido.
  3. Hypo-active Sexual Desire Disorder. Adakalanya, wanita malas berhubungan intim. Tidak bergairah. Wajar jika terjadi pada waktu tertentu. Ketika tiadanya gairah seksual berlangsung lama dan sering, patut mendapatkan perhatian. Penyebabnya sama dengan gangguan seksual pada umumnya, yakni gangguan fisik, psikis dan hormonal, misalnya: premenopause, menopause. Gangguan lain sebagai penyebab menurunnya gairah seksual dapat juga terjadi manakala hubungan intim hanya sebagai rutinitas dan sekedar memenuhi kewajiban belaka.
  4. Sexual Pain Disorder. ( Lihat tulisan sebelumnya ) . Rasa sakit atau nyeri saat berhubungan intim. Terbagi menjadi 2, yakni: Dyspareunia dan Vaginismus.
  5. Orgasmic Disorder. Lazimnya, hubungan intim yang sehat diakhiri dengan orgasme. Akan tetapi tidak semua wanita mengalaminya. Sebagian wanita dapat mencapai orgasme, adakalanya orgasme berulang, sebagian lainnya mengalami orgasme tertunda dan sebagian diantaranya bahkan TIDAK pernah merasakan orgasme. Beberapa faktor penyebab gangguan orgasme antara lain adalah: kurangnya pengetahuan, faktor psikologis ( misalnya: kecemasan, trauma hubungan intim sebelumnya dan sebagainya ).
Apapun jenis dan penyebab gangguan seputar hubungan intim, langkah bijak adalah membicarakan masalah di atas dengan pasangan masing-masing. Bahwa masalah seksual berhubungan dengan faktor fisik dan atau psikis, sebaiknya berkonsultasi kepada dokter atau psikolog.
Komunikasi (mudah diucapkan, sulit dilakukan)
Salah satu kata kunci kesuksesan hubungan intim adalah komunikasi. Setiap pasangan memiliki cara dan gaya dalam komunikasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengetahuan seksual pranikah, tingkat pendidikan, kultur, kebiasaan personal, kondisi fisik, kondisi kejiwaan, lingkungan, sedikit banyak ikut berperan dalam komunikasi setiap pasangan. Kegagalan hubungan intim karena tidak terjalinnya komunikasi, bukan melulu persoalan pasangan muda. Hal ini dapat juga dialami oleh pasangan yang sudah berjalan bertahun-tahun. Sekali lagi banyak faktor yang mempengaruhinya.
E p i l o g
Akhirnya, memelihara kualitas hubungan intim berdasarkan kesepakatan setiap pasangan yang dilandasi saling pengertian dan respek pasangan pria-wanita, sangat diperlukan sebagai upaya mencapai dan mempertahankan hubungan intim yang sehat.
Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkah tinggalkan komentar